Makan Pakai Tangan Tidak Beradab?

Ya iyalah makan pakai tangan, masa’ pakai kaki :???:. Ya maksudnya tanpa alat makan gitu, sendok dan garpu.

Jadi beberapa waktu yang lalu saya terlibat sebuah unnecessary debate di youtube. Tepatnya di video ini :

salah satu video dari web series “How to act Indonesian” bikinan Sacha Stevenson , cewek bule asal Kanada yang sudah ter-Indonesia-isasi :grin:. Dulu sering tampil bareng Komeng & Adul di Wara Wiri, Trans 7.

Masalahnya sih sepele sebenarnya tapi malah jadi adu kata-kata yang cukup panjang hehehe :mrgreen:.

Jadi ini dimulai dari komentar dari username Xeva Vexa, mengenai adegan si Sacha yang makan pakai tangan:

Xeva Vexa:

Eating with hand is not hit anymore since we follow Bule at colonialism era when we saw them eating with spoon so it’s like cool eating with spoon and we eating with spoon since then maybe since about 1893. Lol.

Lalu saya balas (menggunakan username Gendai Speaker)

gendai speaker:

Siapa bilang!? Eating with hand still the best way to enjoy the meal….. for me :D, nggak nikmat cuy makan nasi padang pake sendok

Dan dapat tanggapan dari username eriquerique

eriquerique:

Ya tergantung makanannya sih. Kalo makan steak ya susah dong pake tangan ya. Anyway menurut saya sih, peradaban sudah memperkenalkan kita dengan alat2, termasuk alat2 makan. Jadi nggak masalah mau nikmat atau tidak, sebagai orang beradab ya makanlah dengan alat. Berak di kali juga nikmat mas/mbak. Tapi belum tentu lebih beradab dan higienis daripada berak di WC kan?

Dan kamipun saling balas-balasan (aduuuhh, knapa jadi so sweet begini :lol:)

gendai speaker:

ya tergantung makanannya. Tapi frekuensi saya makan steak dlm setahun bisa dihitung dg jari, lebih sering makan nasi padang. Jadi makan pk tangan gk beradab gitu? justru dikampung saya, terutama saat hajatan (secara adat), makan dengan tangan jauh lebih beradab dibanding makan dg alat. “Lain padang, lain ilalang. Lain lubuk, lain ikannya”. Klo masalah higienis, sebelum makan kan cuci tangan dulu.

eriquerique:

Kalau memang secara adat itu dijelaskan filosofinya mengapa makan harus pakai tangan, dan penjelasannya masuk di akal, saya akan convinced deh. Selama saya belum mendapat penjelasan mengapa makan (nasi) dengan tangan itu ‘beradab’, saya ya cuma bisa berasumsi bahwa kebudayaan tersebut memang terlambat mengetahui tentang keberadaan sendok garpu pada saat diperkenalkan oleh orang2 Eropa, sehingga sekarang entah malu atau pride-nya terlalu tinggi untuk mau mengakui bahwa sendok garpu lebih efisien.

gendai speaker:

Tentu ada filosofinya, klo dipaparkan di sini bkal terlalu panjang. Googling sendiri atau cara terbaik adlh mengalami/merasaknnya, coba deh jalan ke kampung2 di sumatera. Lagian norma adat itu sifatnya kan non tertulis, tata cara duduk yg baik di depan org yg lebih tua aja byk macamnya. Kembali ke awal, saya tetap gak setuju klo makan pk tangan itu dianggap gak beradab, klo di negara2 western mungkin iya, tapi klo di tempat lain blm tentu. Karena beda tempat, beda adab nya.

eriquerique:

Karena restriksi jumlah karakter disini, saya sudah mengirim private message buat mas/mbak gendai speaker. Silakan, kalau tertarik meneruskan pembicaraan ini, silakan dilihat ya. Thanks…

Ya begitulah, berlanjut ke PM, karena keterbatasan jumlah karakter di kolom komentar

eriquerique:

Memang benar, beda tempat beda adab. Itu sebuah perspektif yang valid, harus saya akui itu. Namun kalau saya boleh menawarkan perspektif lain…menurut saya di zaman globalisasi ini, dimana boleh dibilang tidak ada yang bisa menghentikan umat manusia di seluruh penghujung dunia untuk berkomunikasi, tentunya perilaku seperti berhenti pada “adab” sendiri itu kurang konstruktif terhadap kemajuan umat manusia secara keseluruhan.

Sebagai manusia kan kita harusnya melengkapi satu sama lain, seperti misalnya, penemuan listrik oleh Edison, Volta & Franklin membantu menaikkan taraf hidup manusia seluruh dunia, bukan saja di Amerika atau di Italia.

Jadi, alangkah baiknya jika pikiran dan filosofi kita tidak tersegmentasi terhadap negara A atau negara B, dalam artian, kemajuan manusia dari negara A bukan saja merupakan kemajuan negara A, tapi kemajuan seluruh umat manusia secara keseluruhan tanpa batasan negara.

Begitu pula dengan sendok garpu. Jangan terlalu dikaitkan dengan adab dan kebudayaan, bahwasanya sendok garpu itu biar bagaimanapun merupakan alat yang LEBIH efisien untuk makan. Jadi, mengapa kita tidak mengadopsinya? Apa karena cuma kita mau berpegang teguh dengan adat dan kebudayaan yang sudah semakin tidak relevan?

Zaman sekarang ini, peradaban itu sifatnya semakin universal. Artinya, manusia sudah mulai berusaha menghilangkan batas2 negara dan kebudayaan, menuju kearah manusia global yang tidak lagi didefinisikan sebagai orang Indonesia atau orang Amerika dsb. Kita adalah warga dunia. Dan peradaban kita yang dulunya majemuk dan tidak ter-standarisasi, lama-kelamaan menjadi satu dan standar. Sedih memang, karena seakan2 kita kehilangan ‘identitas’, namun hal ini tidak dapat terelakkan!

Jadi, menurut saya, “beda tempat beda adab” itu sudah kurang relevan lagi, SETIDAK-TIDAKNYA menurut sudut pandang ilmiah. Umpamanya, seperti orang Indonesia yang masih percaya “masuk angin”. Lha masuk angin itu sebenarnya apa sih? Tidak ada ilmuwan yang bisa membuktikan bahwa kalau kita hujan2an nggak pakai baju, sorenya masuk angin. Yang ada juga pneumonia, influenza, demam. Dan sembuhnya dengan obat, dengan parasetamol, bukan dengan kerokan atau minum tolak angin dsb!

Sampai kapan kita akan terus bersikeras bahwa masuk angin adalah fenomena yang riil? Sampai kapan kita akan terus tidak mengindahkan kata2 dunia bahwa sendok garpu adalah alat makan yang superior? Sampai kapan kita akan terus keras kepala? Itulah pertanyaannya.

Sebagai contoh saja, di Thailand. Dahulu, mereka juga makan dengan tangan. Tapi sejak modernisasi yang dilakukan oleh Raja Rama IV, masyarakat mulai mengenal dan beralih kepada sendok garpu. Sekarang ini…kalau mas/mbak pernah berkunjung ke Thailand, dari Bangkok sampai ke desa2 kecil…semua pakai sendok garpu. Coba2 makan pakai tangan? Dijamin anda akan dipelototi orang2 seruangan.

Ini Thailand lho mas/mbak, yang kemajuannya tidak jauh beda dari Indonesia. Bukan Denmark, bukan Norwegia atau negara2 super progresif lainnya.

Saya sadar, kita tidak perlu selalu mencontoh kebudayaan orang lain, tapi fakta bahwa orang2 di luar Indonesia sudah mengakui kelebihan sendok garpu dibanding tangan itu sebaiknya menjadi ‘alarm’ buat kita. Apakah kita terlalu kolot dan tidak fleksibel? Atau apakah kita terlalu sombong untuk mengakui bahwa cara hidup orang luar / orang lain itu lebih efektif dibanding kita, sedangkan kita terus bersembunyi di balik kedok ‘kebudayaan’?

Nickname anda sendiri “Gendai speaker”. Yang saya asumsi diambil dari bahasa Jepang ็พไปฃ yang artinya “masa kini”. Perhaps you should try to act upon your nickname and consider my perspective to be valid? Hehehe.

Ini cuma opini lho ya mas/mbak, bukan bertujuan menguliahi. Kalau ada rebuttal, saya terima dengan senang hati dan lapang dada.

Salam,

Eriquerique

gendai speaker:

Hahaha.. jadi panjang gini ya. gak etis rasanya klo gak saya balas

Well said, tapi ttp gak sepenuhnya saya setuju.
Mau makan pakai garpu sendok atau tangan kosong, sebenarnya terserah sih, tergantung pribadinya masing2. Saya pun klo makan mie juga pakai garpu, masa’ ya pake tangan.
tapi ya klo makan nasi ya saya lebih suka pake tangan, lebih nikmat aja gitu (ngambil lauk+pauk nya ya pake sendok juga). Dan tentu tergantung situasi & kondisi.

Dari awal pun saya nulisnya “Eating with hand still the best way to enjoy the meal….. for me”. Jadi ya cuma masalh preferensi masing-masing saja. Tapi yang saya kurang setuju itu adalah balasan dari anda –> “Jadi nggak masalah mau nikmat atau tidak, sebagai orang beradab ya makanlah dengan alat” (jadi makan pakai tangan nggak beradab gitu?)

Di situlah letak masalah diskusi kita ini. Tapi dari jawaban anda yg di atas kok jadi ironi ya, terutama di paragraf2 awal. Anda yg mulai ngomongin masalah Adab, lalu di jawaban ini terkesan mengenyampingkannya.

Indonesia sudah banyak kok mengadopsi budaya barat termasuk saya, di segala hal. termasuk sendok & garpu ini. Orang kampung ya gak kolot2 amat mas & nggak antipati juga sama budaya barat. Kakek saya aja dari dulu ya sudah western banget gayanya Tiap sore dengan sepatu kulit, jam tangan Swiss klasik & topi ala cowboy, udah keliling-keliling dengan motor tua nya.

Oke, balik lagi. Kenapa saya gak setuju klo “makan pakai tangan itu gak beradab”? Sebelumnya saya contohkan makan waktu hajatan. Mungkin karena kurang spesifik jadi anda nggak nangkap pointnya. Jadi akan saya jabarkan. Makan-makan di hajatan kawinan, pesta perkawinan itu kan erat kaitannya dengan adat/budaya. Saya ambil contoh, resepsi pernikahan di kampung saya, Bukittinggi (Minangkabau). Di sana ada istilahnya “Makan Bajamba”, tamu yang datang akan makan bersama di sebuah piring besar (sekitar 3-4 orang/per piring) dan pakai tangan. Yang makan pakai sendok & garpu itu biasanya buat anak2 kecil yang belum terbiasa, atau di anggap mengganggu. Orang dewasa yg makan sendiri pakai sendok & garpu, paling ya disindir, diketawain atau minimal dipelototin lah (meminjam kata2 anda di atas).

Sementara itu waktu saya diundang makan-makan biasa di rumah teman, mereka sekeluarga ya kebiasaannya kalo makan di rumah ya pakai sendok dan garpu. Tentu saya juga ikut makan pakai sendok & garpu. Gak etis banget lah klo makan pakai tangan sendiri. Malu juga kali.

So, “beda tempat beda adab” masih relevan kan? atau mungkin lebih panjangnya “beda tempat, beda situasi, beda kondisi, beda adab”

Klo berobat mah yg penting sembuh. Klo gak mempan dengan obat tradisional, coba ke dokter. Atau sebaliknya.

Jepang, Korea & China jauh lebih maju dibanding Thailand, Denmark & Norwegia. Tapi kenapa mayoritas masih mempertahankan cara makan tradisionil mereka dengan sumpit. Padahal mereka dulunya juga diperkenalkan dengan Sendok & Garpu oleh orang2 Eropa. Apa mereka juga kolot & nggak fleksibel? Atau apakah mereka terlalu sombong untuk mengakui bahwa cara hidup orang barat lebih efektif & bersembunyi di balik kedok ‘kebudayaan’?
Rasanya nggak ya ๐Ÿ˜€

Hmm… sedikit out of topic. Di atas anda sering menggunakan kata EFESIEN. Kok rasanya pemakaiannya di sini kurang pas ya. Efesien artinya melakukan sesuatu dengan menggunakan sesedikit mungkin sumber daya (wiktionary). Jadi kalau dikaitkan dengan topik diskusi kita ini, justru malah makan dengan tangan kosong lebih efesien drpada sendok & garpu, bukan sebaliknya.

Sekian, silahkan untuk tidak setuju

========
Username saya, random aja sih sebenarnnya. Itu diambil dari sebuah judul lagu dari band rock Jepang. ONE OK ROCK – Mr. Gendai Speaker http://www.youtube.com/watch?v=gO7QweXyB8U

Username anda “eriquerique”, apa ada relasi dengan Afonso de Albuquerque ? ๐Ÿ˜€ mungkin karena ini pandangan kita begitu berbeda hehehe…

Dan Alhamdulillah gak dibalas lagi :razz:. Mungkin dia bisa menerima argumen saya atau karena malas aja memperpanjang debat gak penting ini. Say juga udah males :mrgreen:

Well bagi yang kebetulan baca post ini, bagaimana menurut anda? Which side are you on?

23 thoughts on “Makan Pakai Tangan Tidak Beradab?

  1. makan pake tangan itu, sudah ada penelitian yang membuktikan, bahwa lebih baik karena ditangan mengandung enzim yang baik buat tubuh, dan merupakan sunnah Rasulullah SAW… ๐Ÿ™‚

      • Haha, kata siapa orang bule makan gapake tangan?
        Mereka makan potato chips, french fries, burger, fried chicken, tacos rata2 pake tangan!

        Makan pake tangan ga beradab? Masaโ€™ sih?
        orang Jepang aja makan sushi, sashimi, onigiri juka di โ€™emplokโ€™ langsung pake tangan! (makan sushi/ sashimi pake sumpit tuh โ€˜karangan orang buleโ€™. Aslinya pake tangan, gapercaya googling deh).

        Makan pake tangan tuh adab dan budaya juga. Kan nggak indah dan ga mungkin jika semua budaya didunia SAMA semua.

  2. yang ane dapat dari buku hinanori kato yang judulnya “kangen indonesia”

    makan pakai tangan menunjukan penghormatan terhadap alam , bukan seperti barat yang makan pakai sendok sama garpu yang merupakan kemengan terhadap alam …

    begitu kira2 broo….

  3. hahaha kok lucu itu si eriquerique…ngakunya modern dan sudah jadi manusia globalisasi, tapi kok pikirannya gak terbuka ya untuk menerima perbedaan pendapat dan preferensi orang lain. Masa doi ga tau ada yang namanya hukum relativitas …hukum paling modern yang dicetuskan Einstein. Everyone and everything is relative! hehehe

    Kalau saya sih liat liat dulu makanannya. Kalo ribet , susah motongnya, ya pakai tangan. Sunnah juga lho, dan sudah terbukti dlm penelitian tangan kita itu mengandung enzim bermanfaat bagi tubuh, lebih sehat daripada sendok/garpu yg terbuat dari logam (coba bayangin, udah berapa kuman nempel disitu sebelum kita ambil utk dipakai makan?), jelas kalau cuci tangan dulu pas mau makan itu lebih sehat…hehe

  4. Menurut saya, orang yang makan dengan tangan (atau hal-hal lainnya seperti memakai celana pendek atau sendal jepit) tidak terlalu tepat jika dikaitkan dengan adab. Jika adab diartikan sebagai kesopanan atau budi pekerti, maka kita harus lihat faktor yang membentuk adab, yaitu budaya. Faktanya setiap kaum mempunyai budaya yang berbeda-beda (setuju dengan “realtivitas” tadi). Mungkin eriquerique merasa bahwa budaya di dunia ini sudah menjadi satu karena adanya globalisasi. Tapi faktanya tidak.

    Saya pernah bahas tentang “makan pakai tangan tidak beradab” ini ketika teman dari Bahrain mengatakan bahwa orang yang makan pakai tangan tidak beradab. Saya katakan bahwa mungkin itu adab dalam keluarga Anda bukan adab seluruh rakyat Bahrain, misalnya. Atau itu adab rakyat Bahrain tapi tidak dengan rakyat Timur Tengah lainnya yg rasanya, dalam beberapa menu makanan mereka, sulit untuk menggunakan sendok/garpu. Lihat saja bentuk roti gandum di Timur Tengah.

    Saat ini saya sedang berada di sebuah negara di Timur Tengah. Kalau eriquerique ada di sini, mungkin akan mengatakan semua orang di sini tidak beradab (tidak kenal globalisasi?) karena di negara ini, memakai celana pendek atau menggunakan sendal jepit di luar rumah akan dianggap “melanggar adab” karena bukan budaya lokal.

    Nanti perlu dikaji lagi, apakah definisi “beradab dan modernisasi” berarti mengikuti sesuatu yg berasal dari Barat?

  5. haha.. saya lagi googling makan bajamba ketemu artikel ini. Dari Bukittinggi ya, saya dari Maninjau ๐Ÿ˜‰ .. *gak ada yang nanya*

    Kalau menurut saya, si alberquegue itu tipikal mental inlander, sangat inferior dengan budayanya sendiri dan menganggap sesuatu dari barat itu beradab, maju dan modern. memang benar adanya.. tapi gak sepenuhnya juga..

    contoh dari eating by hand ini. Budaya di India, Tajikistan (yang mereka juga punya budaya makan bajamaba) ini juga makan pakai tangan. Malah, table manner orang India dengan tangan tanpa garpu…

    Kalau menurut saya sih, tergantung apa yang dimakan… kalau makan mie, yg berkuah2 juga pakai sendok. Waktu itu saya pernah makan Pizza bareng teman2 Eropa, dia malah ketawa liat saya makan pizza pakai garpu dan piso.. katanya, pakai tangan aja.. nah lhoo………

    Lalu, anthony Bourdain aja.. waktu acara makan di rumah makan Padang, malah nyantap makanan pakai tangan..

    ini kan masalah budaya, sopan di kita belum tentu sopan dibudaya lain dan sebaliknya.. menurut saya sih, hidup ini akan indah dengan keanekaragaman ini

  6. Haha, kata siapa orang bule makan gapake tangan?
    Mereka makan potato chips, french fries, burger, fried chicken, tacos rata2 pake tangan!

    Makan pake tangan ga beradab? Masa’ sih?
    orang Jepang aja makan sushi, sashimi, onigiri juka di ’emplok’ langsung pake tangan! (makan sushi/ sashimi pake sumpit tuh ‘karangan orang bule’. Aslinya pake tangan, gapercaya googling deh).

    Makan pake tangan tuh adab dan budaya juga. Kan nggak indah dan ga mungkin jika semua budaya didunia SAMA semua.

Leave a comment